Jumat, 31 Agustus 2012

UNSUR INTRINSIK SOSOK OKI PADA NOVEL BEAUTY AND SADNESS KARYA YASUNARI KAWABATA


1.      TEMA
Tema adalah adalah isi atau gagasan cerita yang dikisahkan. Dalam trma terkadang juga mengisyaratkan amanah yang di harapaka penulis pada hasil karya sastra novelnya.
Tema dari novel “Utsukushisa to Kanashimi to” adalah arti dari cinta dan perkawinan. Novel ini berisikan kisah cinta yag terlarang, dimana seorang pria yang sudah beristri mencintai seorang gadis yang lebih muda dan usianya terpaut jauh darinya. Karena kisah cinta yang terlarang tersebut sehingga masalah-masalah bermunculan, dimulai dari masalah perkawinan pria itu dan balas dendam. Bagaimanapun juga pria itu telah menghianati perkawinannya dengan bercinta dengan orang lain. Dalam novel ini ditampilkan bagaimana akibat dari masa lalu pria itu yang pernah memiliki hubungan cinta dengan gadis lain, ketidakbahagiaan perkawinannya dan dampak hubungan masa lalunya pada masa depan sang gadis.

2.      ALUR
Alur menurut Akhmah Saliman (1996 : 24), alur adalah jaringan atau rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Urutan alur terdiri atas 5 fase, yakni : 1. Perkenalan, 2. Awal masalah, 3. Menuju klimaks, 4. Klimaks, 5. Penyelesaian.
Novel ini mengambil alur campuran atau maju mundur.
 Eksposisi        : Awal cerita ini dimulai dari keinginan Oki pria berusia 54 tahun untuk menemui kekasih lama lagi bernama Otoko setelah beberapa tahun tak pernah bertemu. Oki dalam perjalanan menuju tempat tinggal Otoko yakni di Kyoto mulai mengingat-ingat kembali masa-masa saat dia dan Otoko menjadi sepasang kekasih.
Halaman          : 21-37
Intrik   : Masalah dimulai saat Oki memutuskan untuk kembali bertemu dengan Otoko dan berkenalan dengan Keiko anak didik Otoko. Dimana Oki tidak tahu bahwa Otoko yang pernah ia kenal dulu sudah berubah. Dan Oki juga tidak apa yang Keiko pikirkan saat Oki dan Otoko kembali bertemu.
Halaman          : 38-69
Klimak            : Keiko merasa Otoko masih mencintai Oki, padahal pria itu telah merusak masa remaja Otoko, sehingga Keiko memutuskan untuk balas dendam pada Oki sekeluarga. Keiko mendekati Oki dan anak Oki, Taichiro sekaligus. Dan membuat hidup Fumiko, istri Oki menjadi tidak tenang
Halaman          : 69-218
Konklusi          : Pada akhirnya balas dendam yang dilakukan oleh Keikopun tidak membuatnya bahagia dengan Otoko. Keiko sadar rasa cintanya pada Otoko tidak akan bisa menyatukan mereka berdua. Dan keluarga Oki pun hancur akibat ulah Keiko.
Halaman          : 219-253
3.      LATAR
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 66), latar adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat, tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang menjadi latar ceritanya.

a.       Kereta api ekspres Kyoto
Waktu           : Siang hari
Suasana         : Tenang, sepi
Halaman        : 21-25
b.      Hotel Miyako
Waktu           : Malam dan pagi hari
Suasana         : Gaduh dan ramai
Halaman        : 25-51, 36-39
c.       Rumah makan di sekitar gunung Arashi
Waktu           : Siang Hari
Suasana         : Sepi
Halaman        : 31-35
d.      Rumah teh kuno
Waktu           : Malam hari
Suasana         : Kikuk  
Halaman        : 40-48
e.       Kereta api ekspress Tokyo
Waktu           : Pagi hari
Suasana         : menyenangkan
Halaman        : 51-52
f.       Rumah Otoko
Waktu           : Siang hari
Suasana         : Menyedihkan, memilukan
Halaman        : 42-43
g.      Rumah sakit jiwa
Waktu           : -
Suasana         : Menyedihkan
Halaman        : 49-50
h.      Rumah keluarga Toshio
Waktu           : Pagi, siang, malam
Suasana         : Sedih, kacau
Halaman        : 59-75, 97-110
i.        Rumah tamu Otoko, pelataran kuil
Waktu           : Pagi, siang, malam
Suasana         : Sunyi, tenang
Halaman        : 76-95, 125-131
j.        Kuil di pegunungan Kurama
Waktu           : Malam hari
Suasana         : Tenang
Halaman        : 95-96
k.      Hotel di daerah puncak Eroshima
Waktu           : Malam hari
Suasana         : canggung dan datar
Halaman        : 110-113
l.        Kuil Lumut
Waktu           : Pagi hari
Suasana         : Sedikit tegang
Halaman        : 114-125, 142-147
m.    Kiyamachi
Waktu           : Pagi-siang hari
Suasana         : menyenangkan
Halaman        : 134-141
n.      Kedai teh Ofusa
Waktu           : Malam hari
Suasana         : tenang
Halaman        : 134-141
o.      Danau Biwa
Waktu           : siang-sore hari
Suasana         : Tegang
Halaman        : 248-249

4.      TOKOH DAN WATAK PENOKOHAN
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 25 : 27) berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni : 1. Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat, 2. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik, 3. Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu. Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27) berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam juga, yakni : 1. Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita, 2. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau protagonis, 3. Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita dalam alur cerita.

1. Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat, dalam novel “Keindahan dan Kesedihan terjemahan Sobar Hartini, dapat disimpulkan tokoh antagonisnya yakni murid Otoko yang bernama Keiko.
  2. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik, dalam novel ini, tokoh yang berwatak baik dan termasuk dalam tokoh utama yakni Ueno Otoko dan Oki Toshio.
  3. Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu, dan tokoh yang dapat diambil dalam novel ini sebagai tokoh protagonist yakni Fumiko dan Taichiro.
1)      Oki Toshio : Seorang novelis, laki-laki berusia limapuluh empat tahun
·         Pandai menganalisis keadaan di sekitarnya.
o Kutipan : hal.24, “Setelah sang pelayan pergi, Oki menatap ke sekeliling dan melihat sepasang kopor kulit berwarna putih pada sisi kaki kursi. Kopor  itu berbentuk persegi dan tipis, model baru. Corak polkadot coklat pucat menghias warna putih kopor kulit itu. Barang seperti itu tidak dapat diperoleh di Jepang. Juga ada tas tenteng besar dari kulit macan tutul di atas kursi. Pemiliknya pasti orang Amerika. Barangkali mereka sedang di kreta makan.”
o Selain itu kutipan antara Oki dan Fumiko. Kutipan: hal.72-73,”
Oki      : jangan bicara soal tak senonoh itu lagi. Aku tidak menyukainya. Memang dia cantik, lukisan ini juga bagian dari dirinya, seorang gadis yang narsis.
Fumiko: Bukan, aku yakin lukisan ini mengenai Otoko.
Oki      : Kalau begitu, mungkin dia dan Otoko adalah sepasang kekasih.
Fumiko: Kekasih? Kamu pikir mereka sepasang kekasih?
Oki      : Aku tak tahu. Tetapi aku tidak akan kaget jika mereka lesbian. Hidup bersama dalam sebuah kuil tua di Kyoto, keduanya memiliki hasrat gila. Kelihatannya begitu.”
o Kutipan : hal.39, “Sewaktu dia berbicara di hotel dia tak menyadari kecantikannya, tetapi sekarang dia melihat betapa cantik raut wajah gadis itu. Dia memilki leher yang jenjang dan cuping telinga yang menawan. Semua itu berpadu serasi. Dia memang cantik. Tetapi dia berbicara dengan perlahan, dalam sikap yang dipaksakan. Dia mengira-ngira apakah dia tahu apa yang pernah terjadi antara dirinya dengan Otoko, sesuatu yang terjadi jauh sebelum dia lahir.”
o Kutipan : hal.48,”Sebenarnya kimono bernuansa muram itu menampakkan kecantikan Keiko sehingga terliat lebih menonjol. Lagipula kesegaran belia dalam harmoni warna dekoratif sangat selaras dengan lukisan berbagai bentuk burungnya. Bahkan guguran saljupun tampak menari-nari.”
·         Oki juga orang yang cukup sentimentil jika mengenang masa lalunya
o Kutipan : hal.22, “ Ketika lonceng berdentang dia akan mengenang ke belakang pada masa-masa yang telah lewat. Dia selalu melihat lintasan pengalamannya. Beberapa tahun di antaranya penuh emosi bergelora atau sesuatu yang menyakitkan. Ada kalanya didera penderitaan dan penyesalan. Bahkan, ketika sentimentalitas penyair menohoknya, bunyi lonceng bergema dalam hatinya.”
o Kutipan : hal.27, “ Bahkan sebelum kenangan lamanya bangkit, dia didera tikaman rasa bersalah karena telah merenggut kesempatan Otoko untuk menikah dan menuangkan naluri keibuannya. Jelas tak seorangpun akan merasakan hal yang sama bila melihat foto itu.”
o Kutipan : hal.38, “ Kenangan macam apakah? Mengapa begitu jelas dia ingat? Ketika Otoko pindah ke Kyoto dengan ibunya, Oki merasa yakin bahwa mereka telah berpisah. Hal itu pasti terjadi juga, bukan? Dia tidak bisa melarikan kepedihan karena telah mengacaukan kehidupan Otoko, mengoyak setiap kesempatannya untuk mengcap kebahagiaan
·         Oki juga seorang penulis novel yang sukses
o Kutipan : hal.53, “ Memang,  gadis yang dikisahkan dalam novelnya adalah Otoko. Novel itu tidak akan pernah ada tanpa jalinan asmara di antara mereka. Dan karena sosoknyalah novel itu tetap bertahan dibaca orang banyak.”
·         Selalu menimbang segala sesuatu
o Kutipan : hal.25, “ Ketika tiba di Kyoto, Oki menuju Hotel Miyako. Dia memesan kamar di tempat yang sepi, dengan pertimbangan bahwa Otoko akan mengunjunginya.”
·         Merasa kesepian
o Kutipan : hal.26, “ Teriakan keras dalam bahasa asing membuat Oki merasa lebih kesepian. Pergerakan kursi di gerbong yang berputar dengan sendirinya, kembali melintasi memorinya. Seakan-akan dia melihat rasa kesepiannya sendiri berputar-putar sunyi bersama hatinya.”
·         Seseorang yang mudah bimbang jika berhadapan dengan masa lalunya
o Kutipan : hal.26, “ Tampaknya bukan harapan yang tak masuk akal. Tetapi jurang pemisah terbentang di antara mereka bertahun-tahun lamanya. Meskipun dia belum juga menikah, tapi bisa saja dia menolak menemui kekasih lamanya, mengabaikan undangannya. “  Tidak, dia bukan tipe perempuan seperti itu,” Oki bergumam pada diri sendiri. Namun, dia tidak tahu seberapa besar perubahannya.”
o Kutipan : hal.27, “ Oki berpikir akan menghubunginya esok hari. Jika tidak nanti malam, ia akan singgah ke rumahnya. Tapi keesokan harinya, setelah terbangun karena keributan dari anak-anak kamar sebelah, dia mulai merasa ragu dan memutuskan untuk mengirim sepucuk surat istimewa padanya. Dia duduk menghadap meja tulis, mulai merasa kebingungan menatap kertas kosong perlengkapan tulis menulis dari hotel. Dia memutuskan untuk tidak bertemu dengannya, sudah cukup baginya bisa mendengarkan dentang lonceng sendiriran untuk kemudian pulag kembali ke rumah.
·         Orang yang mudah tergoda akan kecantikan wanita.
o   Kutipan : hal.111,
“Oki     : Kita harus mandi sebelum makan malam. Bisakah kita bermain lumba-lumba?
Keiko   : Anda mengatakan sesuatu yang menjijikkan, menyamakan saya dengan lumba-lumba! Haruskah anda begitu menghina? Bermain seperti lumba-lumba! Laut itu sangat gelap.
Oki      : Maafkan aku
Keiko   : Anda bilang ingin melihat saya telanjang. Atau Anda ingin memeluk saya?
Oki      : Kau tak akan melawan?
Keiko   : Saya tak tahu, tapi mengajak saya bermain lumba-lumbaan adalah sebuah penghinaan! Lagipula saya bukan pelacur. Anda tampak begitu bejat.”
2)      Ueno Otoko : Seorang pelukis beralira jepang klasik, tinggal di Kyoto.
·         Gadis yang berpikiran dewasa saat masih muda
o   Kutipan : hal.28-29, “ Oki menghempas tubuhnya ke kursi dan meraih Otoko ke pangkuannya, mengangkat dagu supaya memudahkan Otoko. Dia merundukan tubuh langsingnya pada Oki, beberapa kali mencoba membuat simpul dan mengulangnya kembali. Kemuadian dia bangkit dari pangkuan Oki, jemari Otoko bergerak sepanjang bahu kanannya dan menatap dasi itu. “ Selesai sudah, anak manja. Sempurna bukan?”….Memang aneh seorang gadis berusia lima belas tahun menyebut lelaki yang usianya dua kali lipat dari umurnya dengan kata “anak manja.”
·         Masih trauma dan takut akan masa lalunya.
o Kutipan : hal.40, “Yang dapat Oki katakana hanyalah berterimakasih padanya setelah merepotkannya begitu rupa. Tetapi kedua geisha, di samping muridnya! Dia bahkan tidak dapat membayagkan masa lalu yang telah mereka lalui bersama, atau membiarkan pandangannya pada Otoko sehingga menyingkap masa lalu mereka. Dering teleponnya kemarin pasti telah membuatnya jengkel dan khawatir sehingga dia memutuskan untuk mengundang geisha.
o   Kutipan : hal.125,
“Otoko            : Keiko!
Keiko   : Dia tidak akan menjadi bayiku. Aku menginginkannya untukmu. Aku akan merawatnya dan menghadiahkannya padamu. Aku ingin mencuri bayimu dari Oki…
Otoko kembali mencekik lehernya. Keiko mulai tersedu-sedan. “Otoko tak masalah seberapa besar kau mencintainya, lagipula kau tak akan bisa punya anak darinya tanpa perasaan apa-apa. Itu akan seperti kau yang melakukannya sendiri.”
·         Mudah berpikir pendek.
o Kutipan : hal.42, “Oki teringat dua bulan setelah kematian bayinya, Otoko menenggak obat tidur melebihi dosis. Apakah dia juga masih ingat? Dia bergegas menuju sisinya begitu menyadarinya. Desakan sang ibu agar dia meninggalkan Oki mendorong Otoko untuk bunuh diri.”
·         Wanita yang mengikhlaskan masa lalunya.
o   Kutipan : hal.123,
“Otoko            : Keiko, apakah kamu bermaksud memberikan karya-karya terbaikmu pada Oki?
Keiko   : Ya, sampai aku selsesai membalas dendam.
Otoko  : Aku telah mengataka padamu, aku tak ingin mendengar kata-kata balas dendam lagi!”
·         Masih mencintai Oki.
o Kutipan : hal.161,”Sekarang Otoko telah mendengar kisah semalam mereka di Enoshima bahwa cinta lamanya berkobar-kobar dan tak terasa menyenangkan dalam dirinya. Sekalipun begitu, dalam nyala api itu ia bisa melihat setangkai teratai putih yang tengah mekar. Cinta mereka seperti bunga mimpi yang tak dapat dinodai Keiko.”

Jumat, 24 Agustus 2012

ASPEK-ASPEK EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG DAN HUBUNGAN EVALUASI PEMBELAJARN DENGAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR



 

Dalam suatu proses belajar mengajar tentunya perlu diadakan evaluasi dalam cara mengajar, kurikulum dan lain sebagainya. Guna adanya pengevaluasian tersebut ialah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sesuai kurikulum dan bahan ajar yang sesuai serta sebagai refleksi proses serta kualitas  serta kompetensi pengajaran guru.
Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
a. Membandingkan poses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses
b. Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru
  1. Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksakan guru dengan standar proses.
Maksud dari membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses adalah membadingkan cara pengajaran guru dalam kegiatan belajar mengajar selama dekade yang dimaksud dengan standar pembelajaran yang telah ditetapkan dengan baku. Pembandingnya biasanya menggunakan kurikulum pengajaran, silabus, RPP dan lainnya yang berhubungan dengan standar pengajaran yang telah ditetapkan tersebut. Diadakannya pembandingan ini agar guru dapat mengetahui apakah proses mengajarnya telah berjalan sesuai standar atau tidak.
  1. Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru
Pengidentifikasian ini menitik beratkan pada guru, dimana guru dipandang sebagai media penyampain dan pemberi ilmu pada siswa, penyampaian hasil belajar/tes siswa adalah tolok ukur apakah guru itu berkompeten atau tidak dalam kinerjanya. Dengan mengidentifikasi kinerja guru pengevaluasian tidak hanya pada proses pengajaran saja tapi juga pada media penyampaian pembelajar yaitu guru itu sendiri. Pengevaluasian proses pembelajar diharapkan mampu menyeluruh sehingga evaluasi proses berlajar itu dapat tercapai hingga ke semua aspek dan pengevaluasian ini sangat berhubungan dengan bagaimana kompetensi guru itu sendiri dalam mengajar.
Dalam pengevaluasian dalam mata kuliah bahasa Jepang, banyak aspek kemampuan siswa yang perlu dievaluasi, seperti pelajaran berbahasa wajarnya yang dilihat ialah aspek:
a)      Menyimak
b)      Mendengar
c)      Membaca
d)     Menulis
e)      Berbicara
Dengan adanya aspek-aspek penting tersebut, pengevaluasian dapat menyeluruh dan tidak terkunci pada satu aspek saja. Dalam bahasa Jepang menggunakan aspek yang sama seperti:
1.)  Kemampuan menguasai huruf.
Evaluasi pembelajaran ini dibutuhkan karena dalam cara belajar bahasa Jepang menggunakan huruf Jepang yang wajib dikuasai oleh siswa yang hendak belajar bahasa Jepang, dimana siswa diharap mampu menguasai huruf-huruf atau moji jepang baik itu HIRAGANA, KATAKANA, dan KANJI.
2.)  Penguasaan Kosakata
Hal ini pokok penting dalam pembelajaran segala bahasa asing, jika hal ini belum dapat dikuasai dengan baik maka cara belajar siswa dapat terhambat dan terganggu, sehingga perlu diadakannya tes penguasaan kosakata untuk pengetahui kemampuan siswa dalam mengingat kosakata dengan baik.
3.)  Pemahaman Struktur bahasa/ungkapan
Dalam bahasa Jepang terdapat banyak macam struktur bahasa, baik itu partikel atau grammar. Tata kalimat dalam Bahasa Jepang memakai aturan subyek-obyek. Subyek, obyek dan relasi gramatika lainnya biasa ditandai dengan partikel, yang menyisip di kalimat dan disebut posisi akhir (postposition)
4.)  Kemampuan Mendengar
Aspek ini dibutuhkan untuk proses pembelajaran bahasa, dimana aplikasi bahasa adalah lisan agar siswa terbiasa mendengar bahasa jepang yang diucapkan oleh orang Jepang ketika bertemu langsung.
5.)  Kemampuan Berbicara
Aspek ini dibutuhkan agar siswa terbiasa dalam berbicara bahasa yang dipelajarinya karena dengan mengaplikasi hasil belajar tersebut kemampuan berbahasa siswa terutama dalam pengajaran bahasa Jepang semakin meningkat.
6.)  Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca yakni melaui cara membaca komperhensif,scaning dan sebagainya, agar siswa dapat mengambil kesimpulan dari materi bacaan sehingga siswa memiliki kemampuan membaca dalam bahasa Jepang dengan baik.
7.)  Kemampuan Menulis
Kemampuan ini dibutuhkan karena dalam berbahasa menulis juga saling berhubungan, ketika siswa dilepas di lapangan dan harus mengaplikasikan apa yang mereka dapatkan dari materi bahasanya, seperti menulis lamaran kerja dalam bahasa Jepang, kemampuan ini dapat digunakan dengan baik.
Dari aspek-aspek kemampuan berbahasa di atas dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi proses pengajaran suatu mata pelajaran khususnya bahasa Jepang, apakah sesuai dengan standar kompetitif dalam pengajaran atau tidak. Dalam mengevaluasi proses pembelajaran diadakan tes-tes yang bersangkutan dengan aspek-aspek di atas. Hasil tes tersebut di berikan skor dan mengubahnya menjadi nilai, dari nilai yang telah didapat di analisis dalam pendekatan  penilaian. Dalam pembelajaran bahasa Jepang terdapat tiga pendekatan penilain yakni PAP, PAN, dan kolaborasi PAP-PAN. Selaian menganalisis hasil nilai siswa, guru juga diharapkan menganalisis perangkat soal apakah sesuai standar soal yang baik serta validasi soal tersebut. Setelah mendapatkan hasil dari kedua hasil analisis soal dan nilai siswa, guru dapat melihat bagaimana proses pengajarannya selama dekade tersebut, serta kompetensinya dalam mengajar dan memberikan soal pada siswa serta daya tangkap siswa, apakah siswa itu memiliki daya tangkap baik dalam beberapa cara atau metode pengajaran yang diharapkan.

Sumber:
Evaluasi Proses pengajaran :Edu-articles.com-situs Pendidikan Indonesia
Bahasa Jepang-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Danasasmita,Wawan dkk.EVALUASI PENDIDIKAN BAHASA  JEPANG.1996.IKIP SURABAYA.Surabaya

Kebencian ku pada kalian!!

  Aku sudah merasa rindu saat-saat bersama mereka. 40 Orang dari 23 Negara kalau saya tidak salah ingat. Dengan latar belakang pekerjaan yan...