Rabu, 22 Agustus 2012

Analisis Keambiguitasan Informasi Makna Kalimat 「雨が降りそうだ」dalam Sudut Pandang Teori Kognitif Pragmatif


BAB I
Pendahuluan
 
1.1            Latar Belakang
Keambiguitasan dalam dunia bahasa sering terjadi dikarenakan penggunaan bahasa yang kurang tepat. Relasi makna yang berlangsung tidak berlangsung dengan baik sehingga keambiguitasan muncul dari pernyataan yang ditutur oleh pengguna bahasa. Selain itu pola kognitif seseorang sangat berhubungan dengan proses perkembangan bahasa yang dimiliki secara individu. Makin banyak perbendaharaan makna, serta kemampuan memahami struktur penggunaaan suatu bahasa baik bahasa asing atau bahasa ibu dengan baik dan mampunya mengapresiasikan informasi makna yang benar mampu mengurangi terjadi keambiguitasan dalam penggunaan bahasa.
Ambiguitas dalam segi semantik itu sendiri hampir sama dengan homonimi dan polisemi, namun yang membedakan ketiganya adalah objek penelitian atau analisisnya. Pada homonimi dan polisemi lebih condong menganalisis pada struktur kata dan frase. Sedangkan pada ketaksaan atau ambiguitas lebih terfokus pada suatu konteks kalimat yag memiliki arti yang ganda atau arti yang kurang dapat dipahami. Dalam bahasa Jepang jika berhadapan langsung dengan kegiatan percakapan bahasa lisan maka sering ditemui makna yang ganda atau sulit dipahami. Memaknai suatu konteks kalimat bagi semua bahasa memiliki banyak cara serta banyaknya teori-teori yang mendukung menggunaan apresiasi makna tersebut.
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap mampu memahami penggunaan teori kognitif dalam analisis keambiguitasan.

1.2            Rumusan masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan Informasi makna?
  2. Apa hubungan Teori Kognitif dengan ketaksaan?
  3. Apakah pada kalimat 雨が降りそうだ」terjadi suatu keambiguitasan makna?
  4. Pada pola kalimat 雨が降りそうだ」mengandung makna apa saja?

1.3            Tujuan
  1. Agar dapat memahami maksud Informasi makna.
  2. Agar dapat memahami hubungan Teori Kognitif dengan ketaksaan.
  3. Agar dapat memahami adanya keambiguitasan pada kalimat 雨が降りそうだ」.
  4. Agar dapat memahami adanya informasi makna apa saja pada kalimat 雨が降りそうだ」.

BAB II
Kerangka Teori
2.1    Ilmu Makna  
Makna merupakan aspek penting dalam sebuah bahasa karena dengan makna maka sebuah komunikasi dapat terjadi dengan lancar dan saling dimengerti. Tetapi seandainya para pengguna bahasa dalam bertutur satu sama lain tidak saling mengerti makna yang ada dalam tuturannya maka tidak mungkin tuturan berbahasa bisa berjalan secara komunikatif. Di sini dituntut antara penutur dan lawan tuturnya harus saling mengerti makna bahasa yang mereka tuturkan.
Aspek makna terdiri atas empat, yaitu pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Keempat aspek makna tersebut dapat dipertimbangkan melalui pemahaman makna dalam proses komunikasi sebuah tuturan. Makna pengertian dapat kita terapkan di dalam komunikasi sehari-hari yang melibatkan tema, sedangkan makna perasaan, nada, dan tujuan dapat kita pertimbangkan melalui penggunaan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.
A.    Jenis Makna
Para ahli telah mengemukakan berbagai jenis makna dan yang akan diuraikan di sini beberapa jenis makna:

1.  Makna Sempit
Makna sempit (narrowed meaning) adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi. Bloomfield mengemukakan adanya makna sempit dan makna luas di dalam perubahan makna ujuaran.
Makana luas dapat menyempit, atau suatu kata yang asalnya memiliki makna luas(genetik) dapat menjadi memiliki makna sempit (spesifik), karena dibatasi.

2.Makna luas
Makna luas (qidened meaning atau extended meaning di dalam bahasa inggris) adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan. Kaa-kata yang berkonsep memiliki makna luas dapat muncul dari makna yang sempit.
Kata –kata yang memiliki makna luas digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum, sedangkan makna sempit adalah kata-kata yang bermakna khusus atau kata-kata yang bermakna luas dengan unsure pembatas. Kata-kata bermakna sempit digunakan untuk menyatakan seluk-beluk atau rincian gagasan (ide) yang bersifat umum.

3.Makna Kognitif
Makna kognitif disebut juga makna deskriptif atau denotatif adalah makna yang menujukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan (bandingkanlah dengan makna konotatif dan emotif). Maka kognif adalah makna lugas, makna apa adanya. Makna kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata yang menujuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus dan termasuk pula partikel yang memiliki makna relasional. Makna kognitif adalah makna sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan.

4.Makna Konotatif dan Emotif
Makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna kognitif (lewat makna kognitif), ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan komponen makna lain. Makna konotatif atau emotif sangat luas  dan tidak dapat diberikan secara tepat.
Makna kognitif dibedakan dari makna konotatf dan emotif berdasarkan hubungannya, yakni hubungan antara kata dengan acuanya atau hubungan kata dengan denotasinya (hubungan antara kata (ungkapan) dengan orang, tempat, sifat, proses, dan kegiatan luar bahasa (denotata kata)); dan hubungan aktara kata (uangkapan) dengan ciri-ciri tertentu (disebut konotasi kata (ungkapan) atai sifat emotif kata (ungkapan).
Makna konotatif dan emotif dapat bersifat incidental. Makna emotif adalah makna yang melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar; penulis dan pembaca) ke arah yang positif. Makna ini berbeda dengan makna kognitif (denotatif) yng menujukkan adanya hubungan atara dunia konsep (reference) dengan kenyataan, makna emotif menujuk sesuatu yang lain yang tidak sepenuhnya sama dengan yang terdapat dalam dunia kenyataan.

5.Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambing benda, peristiwa,dll; makna leksikal ini dimiliki unsure-unsur bahasa secara tersensiri, lepas dari konteks. Semua makna ( baik bentuk dasar maupun bentuk tuturan) yang ada dalam disebut makna leksikal.
Makna gramatiakal adalah makna yang menyangkut hubungan antra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Di dalam sematik makna gramatikal debedakan dari makna leksikal. Dan masih banyak jenis makna lain yang tidak dapat dijelaskan karena keterbatasan ruang.
2.2    Ambiguitas
Ketaksaan atau ambiguitas merupakan bagian dari makna bahasa yang terdapat dalam sebuah tuturan atau tulisan. Ketaksaan atau ambiguitas dapat terjadi pada semua tataran bahasa, baik kata, frase, klausa, kalimat, maupun sebuah wacana. Ketaksaan atau ambiugitas sering digunakan oleh para penutur dengan maksud-maksud tertentu, yang kadang-kadang sengaja dia buat untuk menyembunyikan maksud tuturannya yang sebenarnya, ini biasanya untuk menyindir seseorang namun dengan perkataan yang tidak dengan sesungguhnya.
Dalam bahasa lisan penafsiran ganda ini mungkin tidak akan terjadi karena struktur gramatikal itu dibantu oleh unsure itonitas. Tetapi di dalam bahasa tulis penafsiran ganda ini dapat saja terjadi jika penanda-penanda ejaan tidak lengkap diberikan.

BAB III
Pembahasan
3.1    Informasi Makna
Pemaknaan dalam pembahasaan memiliki macam-macam jenis pemaknaan, jika suatu kata, frase atau kalimat sulit untuk dimaknai atau memiliki lebih dari satu makna maka jika itu terjadi dalam satu bentuk kata maka menyangkut dalam sinonimi atau polisemi, sedangkan untuk kegandaan makna dalam suatu pola kalimat maka dapat dimasukkan kedalam bentuk ketaksaan atau ambiguitas.
Konteks kalimat雨が降りそうだ」memunculkan ambiguitas yakni antara makna sebenarnya dari konteks kalimat tersebut dan konsep munculnya kalimat tersebut. Ambiguitas itu sendiri sering digunakan oleh pengguna bahasa dalam konteks kalimat menyindir, atau sering juga munculnya keambiguitasan saat penggunaan notasi dalam bahasa lisan yang salah sehingga terjadinya keambiguitasan dalam suatu kalimat lisan tersebut. Jika keambiguitasan itu terjadi dalam bahasa tulisan, umumnya dapat terjadi jika kurangnya tanda baca atau salahnya menberian tanda baca pada satu bentuk pola kalimat.
Dalam konteks kalimat雨が降りそうだ」meskipun sebuah pola kalimat yang sederhana namun mampu memunculkan suatu keambiguitasan. Suatu pernyataan yang terbentuk dari satu deretan kata dan frase yang membentuk pola kalimat mampu mengandung informasi makna. Informasi makna yang terkandung dalam kalimat jika mampu dicermati oleh lawan bicara menyatakan bahwa kalimat tersebut tidak mengalami ambiguitas makna, namun jika kalimat tersebut memiliki lebih dari satu informasi makna maka dapat di simpulkan kalimat atau pernyataan tersebut mengalami keambiguitasan.  Memaknai kalimat yang mengalami keambiguitasan dapat dengan cara mengambil sudat pandang jenis-jenis pemaknaan. Telah diketahui bahwa para ahli telah membagi-bagi jenis-jenis pemaknaan. Dari penjelasan ini penulis akan menganalisis informasi makna ganda yang terdapat pada pernyataan kalimat雨が降りそうだ」.
3.2    Analisis

Teori kognitif pragmatik menyatakan jika suatu kalimat mampu mengandung lebih dari satu makna dimana makna yang sesungguhnya yakni makna yang mengandung makna sebenarnya (denotatif) sedangkan makna sampingan umumnya adalah mengandung makna bukan sebenarnya (konotatif). Pada kalimat雨が降りそうだ」dapat diamati memiliki dua informasi makna ganda. Seperti menurut penjelasan dari S U B A N D I  pada artikel “Ambiguitas Informasi Makna Ungkapan Penolakan Bahasa Jepang (Kajian Kognitif Pragmatik Jepang)”, bahwa Dalam pengembangannya pemaknaan pada kognitif semantik mencakup pada skema makna yang ada di dalam pikiran manusia Lecoff (1980). Artinya, untuk menemukan informasi makna bahasa tidak dapat hanya dilihat dari unsur struktur luarnya saja, tetapi harus juga dikembalikan kepada ide yang melatar belakanginya. Pada  kalimat雨が降りそうだ」 ini mengandung dua makna ganda dimana makna tersebut masing-masing bermaksud makna denotatif dan abtraktif. Yang dimaksud dengan makna denotatif seperti pada penjelasan di bawah ini.

Penjelasan:
雨が降りそうだ。(Hari ini kelihatannya akan hujan)
Dapat dilihat makna yang sesungguhnya dalam bahasa Indonesia yakni kelihatannya akan turun hujan. Pembicara menggunakan pola kalimat ini yakni dalam situasi melihat cuaca dan mengetahui langit sedang berawan dan mengutarakan kalimat tersebut berguna untuk meberikan informasi kepada lawan bicara jika sepertinya akan turun hujan. Itulah yang dimaksud makna denotatif atau makna sebenarnya. Dalam jenis makna, informasi makna di atas termasuk jenis makna kognitif. Namun dalam teori kognitif selain mengedepankan makna sebenarnya teori ini juga mengambil sudut pandang ide yang melatar belakangi adanya kalimat itu muncul atau dapat juga disebut makna abstrak yang tak terlihat dalam konteks kalimat.
Elemen penting dalam sudut pandang teori kognitif ini salah satunya yakni “Menggunakan sesuatu konsep yang abstrak (peribahasa)” yang dimaksud dengan konsep abstrak ini dapat dijelaskan dan ditemui pada kalimat 雨が降りそうだ」.
Penjelasan:

雨が降りそうだ。  (Hari ini kelihatannya akan hujan) M1
Makna abtrak à         (hari ini kita tidak jadi pergi) M2
Bagaimana munculnya makna abtrak tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut,
“Hari ini kelihatannya akan hujan” à makna pokok atau makna inti.
Sedangkan keadaan cuaca yang mendung dapat melatarbelakangi penutur memunculkan makna abtrak dalam kalimat tersebut. Jika kalimat intinya lebih mendominankan makna pertama (M1) maka (M2) tidak begitu akan terlihat karena hanya tersirat saja. Jika pada pola kalimat di atas lebih mengedepankan makna kedua (M2) maka dominan untuk dapat memunculkan ide bahwa hari ini tidak jadi pergi karena keadaan mendung. Pada (M2) ini lawan bicara diharapkan dapat mengedepankan konsep pemahaman lawan penutur agar dapat memaknai konteks kalimat tersebut dengan baik.
Setelah dapat dipahami sudut pandang teori kognitif dalam konteks kalimat 雨が降りそうだ」. Dapat di analisis kembali pada konteks kalimat 『お金がたりなそうだ』/ sepertinya uang saya tidak cukup.
Analisis:
(M1)à makna denotatif bahwa penutur tidak memiliki cukup uang untuk membeli sesuatu.
(M2)àmakna abtrak bahwa penutur berharap lawan bicara meminjamkan uang untuk membeli suatu barang karena tidak cukup uang untuk membeli suatu barang.
Ide yang melatarbelakangi munculnya konsep pada (M2) yakni karena tidak cukupnya uang dimiliki maka penutur memunculkan ide abtrak pada kalimatnya agar lawannya dapat meminjamkan uangnya. Dengan penggunaan teori kognitif ini, lawan bicara dapat menggali serta membaca informasi makna abtrak sesuai konsep dan pola pikir yang dimaksud penutur dengan benar, sehingga terjadi komunikasi yang baik antar pengguna bahasa.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud makna abstrak dalam teori kognitif ini, yakni mengedepankan pola pikir serta memunculkan ide pada penutur serta lawan penutur dengan menggunakan kemampuan kogitif masing-masing pengguna bahasa. Semakin tingginya kemampuan kognitif seseorang dalam berbahasa semakin mudahnya seseorang untuk dapat memahami informasi makna ganda yang terkandung dalam tiap-tiap tuturan kalimat lawan bicara sehingga semakin meminimalisir adanya ketaksaan bahasa terutama dalam bahasa Asing.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
1)      Informasi makna sangat berperan penting dalam penggunaan bahasa karena dengan menganalisis informasi makna dalam tiap konteks kalimat yang ada maka pengguna bahasa mampu menemui adanya makna lebih atau ganda dalam suatu konteks kalimat.
2)      Teori kognitif sangat berhubungan dengan ketaksaan. Ketaksaan mampu dihilangkan dalam suatu konteks kalimat dengan menggunakan teori-teori yang ada termasuk teori kognitif tersebut. Dimana adanya teori kognitif pragmatik ini mampu memilah maksud makna yang ada dalam suatu konteks kalimat.
3)      Makna abstrak dalam teori kognitif, yakni mengedepankan pola pikir serta memunculkan ide pada penutur serta lawan penutur dengan menggunakan kemampuan kogitif masing-masing pengguna bahasa.
4)      Semakin tingginya kemampuan kognitif seseorang dalam berbahasa semakin mudahnya seseorang untuk dapat memahami informasi makna ganda yang terkandung dalam tiap-tiap tuturan kalimat lawan bicara sehingga semakin meminimalisir adanya ketaksaan bahasa terutama dalam bahasa Asing.

DAFTAR PUSTAKA
Leech, Geoffrey N. 1983, Principles of Pragmatics, London, New York: Longman
Searle, J. 1975, Indirect Speech Act dalam P.Cole dan J. Morgan (ed), Syntax and Semantics
Subandi 2005, Antara Kebohongan dan Kesopanan, makalah Seminar Nasional Kajian Jepang Se-Indonesia bekerjasama dengan The Japan Foundations Jakarta di Jakarta
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2. Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: ERESCO.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1. Pengantar  ke Arah Ilmu Makna. Bandung: ERESCO.

http://badranaya11.multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kebencian ku pada kalian!!

  Aku sudah merasa rindu saat-saat bersama mereka. 40 Orang dari 23 Negara kalau saya tidak salah ingat. Dengan latar belakang pekerjaan yan...