Senin, 22 April 2013

Peraturan Pertemanan


Saya  tidak tahu, apakah saya adalah salah satu dari kesekian banyak manusia angkuh di dunia. Namun satu hal yang saya dapat pastikan saya orang yang sangat angkuh untuk orang-orang yang berada disekeliling saya dan itu akan sangat merugikan bagi mereka. Saya sangat mengedepankan kesempurnaan dan ketegasan. Itu mungkin karena saya dididik dengan cara yang sama sehingga bentukan itu masuk kedalam prinsip hidup saya. Dan kata orang-orang disekeliling saya itu akan merugikan saya kedepannya. Itu sudah saya rasakan dewasa ini, sikap otoriter dan tegas terlalu membuat saya terlihat dominan disekian banyak lingkup pergaulan yang saya lewati dan tidak semua orang suka diperintah dan disuruh.
Entah dengan cara bagaimana saya bisa menghilangkan sikap buruk ini, terus terang saya benci dengan sikap saya sendiri, akibatnya banyak orang-orang disekitar saya tidak tahan jika harus berhubungan atau bekerjasama dengan saya dalam satu momen tertentu atau bahkan tiap momen.
Dari sekian perjalan hidup saya yang baru saya buka, ada satu pengalaman yang sampai sekarang saya ingat. Saat saya akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Saat itu saya harus mengikuti bimbingan intensif untuk dapat mengikuti ujian di daerah malang. Disana saya tinggal selama sebulan di Malang, mengenal teman baru dan harus bisa langsung akrab dalam waktu singkat, jika tidak maka bersiaplah untuk melakukan segalanya sendirian di lingkungan yang baru.
Untung saja saya disana tidak berangkat sendirian, saya bersama teman masa SMP dan SMA saya, Inayah namanya. Tapi tidak setiap momen kita harus berbarengan, jadwal pembelajaran intensif yang berbeda membuat kami jarang pulang bersama ke kosan kami.
Suatu hari dikelas bimbingan saya, ada salah satu orang yang mencoba akrab dengan saya, saya lihat dia memang gadis yang supel, teman dikelas rata-rata sudah mengenalnya, saya bilang dia salah satu anak gaul di kelas saya. Kali ini dia ingin mencoba akrab dengan saya, mungkin karena saya salah satu murid yang hanya datang saat belajar dan langsung pulang jika kelas bubar, memang saya tidak ingin berniat bersenang-senang dulu pada tahap ini, keluarga saya sudah mengeluarkan uang yang cukup besar untuk mendaftarkan saya les intensif diluar kota,  agar saya dapat lulus ujian SNMPTN perguruan negeri dan mengambil beasiswa yang diberikan Negara jika saya berhasil masuk perguruan tinggi negeri. Saya berpikir bukan saatnya saya mencari teman di lingkungan ini, saya hanya harus bisa beradaptasi di tempat baru dan belajar dari hasil bimbingan saya. Prinsip saya, jika saya sudah memilih suatu pilihan dan itu menyangkut kelangsungan dan nama baik keluarga saya, saya harus bisa perjuangkan, saya anak pertama, meskipun saya seorang wanita, takdir saya adalah menjadi tulang punggung keluarga, jika suatu saat orang tua saya sudah tidak sanggup lagi bekerja. Karena waktu tidak akan berhenti, orang tua saya akan semakin menua, uang tidak akan datang jika saya bukan siapa-siapa…
Kembali kecerita, teman gaul saya ini bernama Juta. Unik memang namanya tapi saya rasa dia dari keluarga yang mapan dan dia tidak terlalu ambisius seperti saya. Apa-apa dia bawa mudah, apapun dia hadapi dengan senyum dan candaan. Jujur saya iri dengan mereka yang bisa dengan mudah melupakan pikiran dan bisa sejalan dengan tujuannya serta tidak begitu berpikir akan target hidup mereka, tapi ayah saya selalu berkata “Jangan pernah kamu samakan hidupmu dengan hidup orang yang memiliki orang tua mapan diluar sana. Mereka bisa tersenyum dan menikmati hidup dari uang orang tua mereka, tapi kamu? Lihat kemampuan orang tua kamu. Ayahmu tidak bisa memberikan apa-apa, hanya kamu yang bisa memberikan apa yang kamu inginkan, dari usahamu sendiri” itu yang selalu saya ingat, saya masukan kedalam prinsip hidup saya. Saya yakin dengan ambisi besar saya ini, jika waktu dan takdir tidak memihak saya kedepannya, saya akan menjadi orang gila, stress.
Adakala seorang berkata saat saya mengupdate status “Beban Jika Anak Pertama Adalah Wanita, Saya Tidak Bisa Bermimpi Untuk Diri Saya Sendiri, Tapi Harus Bermimpi Untuk Keluarga Saya” dia berkata “Akan Menjadi Beban Kalau Kamu Jadikan Itu Beban” lalu dengan cara apa saya tidak menganggap itu sebuah beban? Itu yang selalu saya pertanyakan. Mereka tidak tahu hal apa yang saya tergetkan, jika terlalu saya bawa santai apa itu bisa saya sebut target? Target adalah hal yang kita harapkan bisa kita capai, target adalah hal yang tidak mudah kita raih, manusia mana yang tidak akan bilang kalau target adalah beban? Jika mereka tidak pernah berkata demikian maka mere.ka munafik. Saya memang sudah merasa hidup saya bukan untuk saya, saya selalu bermimpi bisa menjadi ibu muda, saat saya berbicara kepada ayah saya tentang harapan saya itu ayah saya hanya terbahak dan berkata, “Kalau kamu nikah muda, anak kamu mau kamu kasih makan apa? Kerja aja belum” saya rasa, memang jika saya mengakhiri masa lajang saya dengan segera, saya tidak akan punya waktu menabung, membantu keluarga, dan pasti sibuk menggendong anak bayi yang nangis terus-terusan. Tapi itu bukan masalah bagi saya, saya suka anak kecil.
Lucunya pacar saya yang ngebet nikahi saya ngasih solusi dengan bilang “gak perlu sampai harus mapan hingga kebutuhan tersier bisa dipenuhi, itu tergantung diri masing-masing. Kalau pingin anak kita bisa hidup enak nanti, kita aja yang perlu memepetkan pengeluaran kalau berumahtangga nanti, bisa aja tiap hari cuman makan tahu tempe aja udah cukup. Gak usah aneh-aneh” okey saya merasa ada yang salah dengan komentarnya. Apakah anda merasa ada yang salah dengan komentar di atas?
Kembali kecerita Juta dan saya. Nah ada satu cerita yang tidak bisa saya cerita karena bakalan panjang dimana membuat Juta jadi sebal dengan saya dan menganggap saya bukan orang yang asik buat diajak berteman karena tidak mengerti “peraturan pertemanan”. And someday sewaktu saya diajak makan dengan beberapa teman saya, dan setelah saya mengambil pesanan saya duluan, saya menunggu pesanan teman saya yang belum juga datang. Teman-teman saya yang tahu saya menunggu mempersilahkan saya untuk makan terlebih dahulu jika memang sudah lapar, maka saya meminta ijin untuk makan duluan dan lansung melahap makanan di depan saya. Ketika itu Juta juga datang dan apa yang dia ucapkan ketika melihat saya “eh, kamu kok makan duluan sih? Gak sopan! Yang lainnya belum makan juga” kata-kata itu yang membuat saya heran sampai sekarang. Memangnya gak sopan ya kalau saya makan duluan sementara yang lainnya belum makan? Akhirnya di momen-momen tertentu ketika saya berteman saya lebih sering menunggu semua pesanan datang dan saya makan bersama dengan teman lain. Di momen tertentu juga saya sering tahu seorang dengan setianya menunggu pesanan temannya datang walau lama, ada juga yang meminta ijin untuk makan duluan, atau bahkan ada juga yang tidak usah ijin langsung saja makan. Bagi saya smuanya tidak masalah. Tapi memang lebih baik makan bersama
Tapi beberapa hari yang lalu itu yang jadi masalah buat saya. Saat saya keluar dengan pacar saya. Kami memesan dua pesanan yakni nasi goring pataya dan bihun goreng dan kebetulan punya nasi goring pataya milik dia datang duluan. Karena saya pikir dia mungkin sudah lapar maka saya persilahkan untuk makan duluan TAPI dengan harapan dia gentle bilang “ntar aja bareng kamu makannya”. Tapi tanpa ragu pacar saya menggangguk dan melahap makanannya. Ntah kenapa saya jadi sensitive dan saya ikut berpikir seperti Juta “dasar gak sopan”, hingga makanan pacar saya habis pesanan saya belum juga datang. Beberapa saat kemudian sampai saya terkantuk-kantuk pesanannya akhirnya datang. Saya sungkan dengan pacar saya, karena saya makan sendiri, akhirnya saya tawari dia untuk ikut makan bersama saya dan saudara dia ikut nimbrung makan “ih udah makannya duluan, ikut nimbrung pula, gak sopaaaannnn!!” Saya makin sebel, saya ingin mempunyai pacar gentle, lebih tegas dari saya dan itu tidak bisa saya temui. Huft…punya prinsip perfectionist itu bikin susah…itu yang membuat saya ilfeel dengan pacar saya hingga sekarang. (dasar gak penting)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kebencian ku pada kalian!!

  Aku sudah merasa rindu saat-saat bersama mereka. 40 Orang dari 23 Negara kalau saya tidak salah ingat. Dengan latar belakang pekerjaan yan...